Industri teh Indonesia terus bertransformasi mengikuti perkembangan selera konsumen, khususnya generasi milenial dan Gen Z. Salah satu tren yang semakin menonjol di tahun 2025 adalah meningkatnya popularitas teh artisan atau teh olahan premium yang menghadirkan kualitas rasa, estetika penyajian, serta nilai pengalaman yang tinggi.
Teh artisan merupakan produk teh berkualitas tinggi yang diproses secara selektif mulai dari pemetikan hingga pengemasan, dan banyak dipadukan dengan bunga, rempah, atau bahan alami lainnya. Menurut Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP), teh artisan tidak hanya menawarkan rasa, tetapi juga cerita, filosofi, dan komitmen keberlanjutan yang sesuai dengan gaya hidup sadar lingkungan yang berkembang di kalangan generasi muda.
Kementerian Pertanian mencatat bahwa permintaan terhadap teh jenis specialty seperti teh organik, teh herbal, dan teh artisan mengalami peningkatan pesat. Data dari Grand View Research menunjukkan bahwa pasar teh organik Indonesia diperkirakan mencapai USD 14,2 juta pada 2024 dan berpotensi tumbuh menjadi USD 31,7 juta pada 2030, dengan tingkat pertumbuhan tahunan (CAGR) sebesar 14,3 persen.
Sementara itu, InsightAce Analytics mencatat pertumbuhan tahunan teh artisan di Indonesia mencapai 4,8 persen. Pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya kesadaran konsumen akan kesehatan, serta kecenderungan generasi milenial dan Gen Z memilih produk dengan nilai estetika dan cerita lokal. Produk teh seperti tisane—campuran teh, bunga kering, dan rempah—menjadi sangat diminati karena tidak mengandung kafein dan mendukung gaya hidup sehat.
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2023 juga mencatat tren peningkatan konsumsi teh celup dan minuman siap saji berbahan dasar teh, terutama di wilayah perkotaan dan kelompok usia muda. Hal ini mendorong pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) untuk menjawab peluang tersebut dengan meluncurkan varian teh artisan lokal dari berbagai daerah seperti Garut, Ciwidey, Wonosobo, dan Malang.
Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian dan BSIP memberikan dukungan kepada pelaku IKM teh melalui pelatihan, sertifikasi mutu, serta bantuan promosi di dalam dan luar negeri. Tujuannya adalah agar produk teh lokal mampu bersaing di pasar premium, baik domestik maupun internasional.
Sejumlah brand lokal seperti Nala Indonesian Tea, Haveltea, Swarga Flower Tea & Co, dan beberapa pelaku teh bunga dari Jawa Tengah kini telah menembus pasar ekspor terbatas serta menjadi peserta tetap dalam ajang pameran internasional seperti Indonesia International Tea Expo dan Food & Beverage Asia.
Tren teh artisan yang tumbuh di Indonesia ini juga sejalan dengan proyeksi pasar global. Menurut laporan riset industri minuman, nilai pasar global kopi dan teh diperkirakan mencapai USD 133,2 miliar pada 2025, naik dari USD 124,7 miliar pada 2024, dengan pertumbuhan rata-rata tahunan sekitar 6,8 persen. Produk dengan konsep personal, lokal, dan fungsional seperti teh artisan diyakini akan terus menjadi daya tarik utama.
Dengan segala potensi yang ada, teh artisan tidak hanya menjadi peluang bisnis baru, tetapi juga medium untuk memperkuat identitas budaya dan keunggulan lokal Indonesia di tengah dinamika pasar global yang terus berubah.
Sumber: Grand View Research, InsightAce Analytics, Kementerian Pertanian, Susenas 2023, BSIP, DeskJabar.